Saat Semesta Bicara: Kisah tentang Buku yang Tak Ditulis Manusia

Saat Semesta BicaraSaat Semesta Bicara: Kisah tentang Buku yang Tak Ditulis Manusia

DETAKBOGOR.COM – Kisah penulis buku Saat Semesta Bicara. Di dunia yang penuh dengan karya tulisan manusia, terkadang muncul kisah yang menggugah dan menantang pemahaman kita tentang asal-usul pengetahuan.

Salah satu kisah yang menarik perhatian adalah pengalaman unik seorang penulis bernama Pak Wayan Mustika yang menulis sebuah buku “Saat Semesta Bicara” yang ditulis tanpa campur tangan dirinya sendiri.

Buku ini seolah menjadi medium bagi semesta untuk menyampaikan pesan-pesan yang tak terungkapkan dengan kata-kata manusia biasa. Mari kita simak kisah inspiratif di balik lahirnya buku “Saat Semesta Bicara”.

Suatu malam, penulis bernama Pak Wayan Mustika sedang merenung di rumahnya, memperhatikan seekor kutu anjing yang tiba-tiba merayap keluar dari tubuh anjing peliharaannya. Kutu itu memanjat tembok dan bersembunyi di lubang-lubang kecil.

Hal ini membuat Pak Wayan bertanya-tanya, “Kenapa kamu meninggalkan sumber kehidupanmu dan memilih mati di lubang-lubang itu?”

Dalam perenungannya, Pak Wayan seolah mendapat jawaban dari kutu tersebut: “Setidak-tidaknya aku berani mencapai tempat yang lebih tinggi, meski harus meninggalkan sumber kehidupan duniawiku.”

BACA JUGA:  Langkah Konkret Pj Bupati Bogor Perangi Stunting, Kolaborasi dengan Perusahaan Lewat CSR

Kejadian ini menginspirasi Pak Wayan untuk menulis. Namun, yang membuat pengalaman ini luar biasa adalah cara bagaimana buku itu ditulis.

Setiap malam setelah berdoa, Pak Wayan membuka laptopnya, dan tanpa disadari, tangannya mulai menulis dengan sendirinya. Ia menyebutnya sebagai “automatic writing,” di mana kata-kata mengalir begitu saja tanpa melalui pikirannya. Setiap malam, ia menulis satu bab hingga akhirnya buku “Saat Semesta Bicara” pun selesai.

Buku ini berisi pesan-pesan dari semesta yang disampaikan melalui Pak Wayan. Pesan-pesan itu begitu kuat sehingga sering kali membuatnya menangis saat menuliskannya.

Misalnya, ada pesan yang berbunyi, “Wahai anak-anak semesta yang lama merindukan kehadiranku dalam doa-doa kalian,” yang menyentuh hati Pak Wayan begitu dalam.

Tidak hanya itu, Pak Wayan juga mendapatkan inspirasi dari alam sekitar. Misalnya, dari seekor laron yang terbang mencari cahaya meski harus mati kelelahan, ia mendapat pesan tentang keberanian meninggalkan kegelapan duniawi untuk mencari cahaya kesadaran.

Atau dari seekor ayam yang ribut hanya karena bertelur satu, Pak Wayan mendapat pelajaran bahwa apapun yang kita hasilkan, meski sedikit, patut kita banggakan.

BACA JUGA:  Spirit Ramadhan, Plh Sekda Kabupaten Bogor Tarling di Bojonggede

Dalam proses penulisan buku ini, Pak Wayan merasa bahwa dirinya hanya sebagai alat yang digunakan oleh semesta untuk menyampaikan pesan-pesan penting.

Ia bukanlah penulis atau pengarang, melainkan sekadar menuliskan apa yang dialirkan kepadanya. Buku ini bukanlah karya manusia, melainkan karya semesta yang menggunakan tangan manusia untuk menyampaikannya.

Buku “Saat Semesta Bicara” bukan hanya sebuah buku biasa. Ia adalah medium di mana semesta berbicara, mengingatkan kita semua untuk pulang ke kesadaran yang lebih tinggi.

Pesan utama dari buku ini adalah untuk tidak bermain-main dalam hidup, melainkan menjalani kehidupan ini dengan penuh kesadaran dan akhirnya kembali kepada semesta.

Kisah tentang buku “Saat Semesta Bicara” mengajarkan kita bahwa ada lebih banyak hal di dunia ini yang belum kita pahami. Terkadang, semesta berbicara kepada kita dengan cara yang tak terduga, melalui pengalaman sehari-hari yang sederhana.

Buku ini menjadi pengingat bahwa kita adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar, dan bahwa setiap dari kita memiliki peran penting dalam tatanan semesta ini.

Editor: Muzakkir
Sumber: Youtube: Mas Hendra

Tags: , ,

Baca Juga

Rekomendasi lainnya