Menerobos Jalan Sepi Malasari: Sentuhan Nyata Rudy Susmanto Ketika Janji Tak Lagi Sekadar Kata

Muzakkir, S.IP

TAJUK

Di tengah kabut pagi yang menyelimuti lereng barat Kabupaten Bogor, sebuah perubahan tengah menyapa perlahan.

Tak seperti biasanya, suara mesin alat berat menggantikan senyapnya hutan dan gemerisik daun teh yang tertiup angin.

Di sinilah, di jalur tua yang membelah Kebun Teh Nirmala menuju perbatasan Sukabumi, janji pembangunan itu akhirnya menjejak nyata.

Jalan ini bukan jalan biasa. Ia menyimpan ribuan cerita pilu warga Desa Malasari yang selama puluhan tahun hanya bisa menatap harapan dari kejauhan.

Jalan berbatu yang sejak Indonesia merdeka tak pernah tersentuh aspal, selama ini menjadi penghalang bagi mereka yang ingin menjual hasil panen, membawa anak ke sekolah, atau sekadar berobat ke puskesmas kecamatan.

Bagi sebagian orang kota, keluhan semacam ini mungkin terdengar remeh. Tapi bagi warga Malasari, jalan yang baik adalah hidup itu sendiri. Ia adalah pembuka pintu kesempatan, penghubung mimpi-mimpi sederhana yang selama ini terkubur debu dan batu.

BACA JUGA:  Pj Bupati Bogor Bachril Bakri Ajak Perangkat Daerah ‘Berlari’ Awali Tahun 2025

Kini, semuanya berubah. Di tangan Bupati Bogor Rudy Susmanto, pembangunan jalan Kebun Teh Nirmala menjadi bukti bahwa pemerataan bukan hanya jargon kampanye. Ini adalah tindakan nyata, sebuah pesan bahwa negara hadir hingga pelosok yang selama ini terabaikan.

Pembangunan jalan ini adalah secercah terang di tengah sunyinya pembangunan desa. Ia tak hanya membuka akses, tetapi juga menggairahkan kembali denyut ekonomi lokal, menyambung harapan para petani, dan membuka gerbang pariwisata alam Malasari yang selama ini tersembunyi di balik rimba dan keterasingan.

Betapa ironis, sebuah desa yang dianugerahi lanskap menakjubkan, hamparan kebun teh, pegunungan hijau, dan kekayaan hayati justru terkurung oleh jalan yang tak layak.

BACA JUGA:  Rudy Susmanto dan Jaro Ade Resmi Daftar ke KPUD Kabupaten Bogor untuk Pilkada 2024

Tapi kini, Malasari perlahan keluar dari kesunyian. Jalan itu bukan lagi jalur horor, melainkan koridor harapan.

Tentu, pembangunan jalan hanyalah permulaan. Masih banyak pekerjaan rumah yang menanti: penguatan ekonomi warga, pengembangan wisata yang berkelanjutan, hingga pemeliharaan ekosistem.

Tapi langkah awal ini adalah tanda penting bahwa pembangunan harus menyentuh akar terdalam kehidupan rakyat, bukan hanya membangun menara beton di pusat kota.

Jalan Nirmala kini menjadi simbol: bahwa tak ada wilayah yang terlalu jauh untuk dijangkau, dan tak ada rakyat yang terlalu kecil untuk diperhatikan.

Di setiap retakan batu yang kini digilas aspal, di setiap tapak roda alat berat yang menembus sunyi, kita mendengar satu suara: “Kami juga bagian dari Indonesia. Sudah waktunya kami merasakan kehadiran negara.”***

Tags: , , ,

Baca Juga

Rekomendasi lainnya