Bogor Istimewa: Rudy Susmanto dan Perlawanan Sunyi Melawan HIV/AIDS

Oplus_131072

DETAKBOGOR.COM – Di balik hijaunya hutan-hutan Puncak dan megahnya kawasan industri di Cibinong, terselip sebuah kenyataan yang jarang terdengar di ruang publik: Kabupaten Bogor menempati peringkat kedua tertinggi kasus HIV/AIDS di Jawa Barat.

Data ini mengejutkan banyak pihak, namun bagi Bupati Bogor Rudy Susmanto, angka-angka itu bukan sekadar statistik. Itu adalah panggilan untuk bertindak.

“Ini bukan hanya isu kesehatan, tapi juga isu kemanusiaan,” ucap Rudy saat menerima audiensi Yayasan Lembaga Kajian Strategis (Lekas) Bogor Raya yang konsen terhadap penanggulangan HIV/AIDS . Suaranya tegas, namun nadanya penuh empati.

Sebagai kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar se-Jawa Barat, Bogor memang menyimpan tantangan kompleks.

Mobilitas tinggi, urbanisasi, hingga kurangnya pemahaman masyarakat soal HIV/AIDS membuat penyebaran virus ini tak mudah dikendalikan.

BACA JUGA:  Bentangkan Poster, Atlet SOD NPCI Sambut Rudy Susman Dengan Pesan Penuh Makna 

Namun, di sinilah Rudy mengambil langkah yang tidak biasa: ia memilih untuk tidak menutup-nutupi.

Di bawah kepemimpinannya, Pemerintah Kabupaten Bogor membuka ruang edukasi publik tentang HIV/AIDS secara terbuka, dari sekolah-sekolah hingga pesantren, dari rumah sakit hingga ruang komunitas.

Bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk menyadarkan. Karena stigma, menurut Rudy, jauh lebih berbahaya daripada virus itu sendiri.

Langkah-langkah konkrit pun dijalankan. Program VCT (Voluntary Counseling and Testing) diperluas hingga ke pelosok desa, layanan pengobatan ARV dijamin keberlanjutannya, dan para ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) diberi ruang untuk tetap hidup produktif tanpa diskriminasi.

Tak hanya itu, Rudy mengajak lintas sektor untuk terlibat. Lembaga swadaya masyarakat, komunitas pemuda, bahkan tokoh agama digandeng dalam kampanye sadar HIV.

BACA JUGA:  Perumda Air Minum Tirta Kahuripan Gandeng Swasta Perluas Layanan Air Bersih di Kabupaten Bogor

Ia tahu, upaya ini tak bisa dikerjakan sendiri. “Kita harus bergerak bersama. Karena pencegahan HIV adalah tanggung jawab kolektif,” katanya.

Di tengah perjuangan melawan angka, stigma, dan sistem yang belum sempurna, Rudy tetap hadir di lapangan sebagaimana ia juga hadir saat longsor menutup jalan di Cigudeg atau saat banjir menggenangi pemukiman di Cileungsi.

Ia ingin pemerintah tak hanya terlihat saat bencana besar datang, tapi juga ketika masalah sunyi seperti HIV/AIDS merambat perlahan namun pasti.

Bogor bukan tanpa harapan. Di balik tantangan, ada keberanian untuk berubah. Dan di tengah perubahan itu, ada sosok pemimpin yang memilih mendengar, bergerak, dan berdiri bersama warganya.

Karena melawan HIV/AIDS bukan hanya soal medis. Ini soal kehadiran. Dan Rudy Susmanto memilih hadir.***

Tags: , , , ,

Baca Juga

Rekomendasi lainnya